Renungan Ibadat Penerimaan Mahasiswa Baru: Duc in Altum - Catatan Lepas Sang Murid

Senin, 18 Agustus 2014

Renungan Ibadat Penerimaan Mahasiswa Baru: Duc in Altum

Duc in Altum

PENGANTAR
Selamat pagi, saudara-saudari yang dikasihi Tuhan. Selamat datang dalam ibadah kita pada hari ini. Kita bersyukur dan bergembira karena Tuhan telah mengumpulkan kita di sini untuk bersama-sama berdoa memohon rahmat dan penyertaan-Nya, terutama untuk segala sesuatu yang akan kita hadapi di masa depan: perkuliahan, persahabatan, serta segala kerja keras kita untuk mengejar cita-cita. Sebagai orang yang memiliki iman kepada Allah, amat baiklah jika sebelum menghadapi semua itu, kita berdoa kepada Allah memohon kekuatan sambil kita mempersembahkan hidup kita masing-masing agar berjalan sesuai dengan kehendak-Nya yang kudus.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, lewat bacaan-bacaan Kitab Suci yang akan kita renungkan nanti, kita diajak untuk selalu tinggal dalam Kristus, berakar dalam kasih, serta berani meninggalkan zona nyaman hidup kita masing-masing. Sebab hanya dengan cara itulah perjuangan kita mengejar cita-cita menjadi punya makna, serta pengetahuan kita pun bisa menjadi bermanfaat bagi sesama.
Oleh sebab itu, Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, marilah sekarang kita tundukkan kepala sejenak, dan kita ingat kembali kehidupan kita di masa lalu, khususnya segala dosa dan kesalahan kita. 

BACAAN I
3:14 Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa,
3:15 yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya.
3:16 Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,
3:17 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.
3:18 Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,
3:19 dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
3:20 Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,
3:21 bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.

INJIL
5:1 Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah.
5:2 Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya.
5:3 Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.
5:4 Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
5:5 Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."
5:6 Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.
5:7 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.
5:8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."
5:9 Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap;
5:10 demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."
5:11 Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

RENUNGAN
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, terutama para mahasiswa baru yang berbahagia. Pertama-tama saya ucapkan selamat bergembira karena kalian semua akhirnya bisa berada di kampus ini, dan mendapatkan gelar atau sebutan yang luar biasa, yaitu mahasiswa. Kita tahu bahwa segala sesuatu yang menggunakan kata “maha” selalu berarti yang paling tinggi, paling hebat, paling besar, dsb. Contohnya, kita menyebut Allah dengan gelar mahakuasa dan mahabijaksana, karena memang hanya Allah sendiri yang paling berkuasa dan paling bijaksana. Kita juga mengenal istilah mahaguru untuk para professor atau guru besar di perguruan-perguruan tinggi. Ada pula istilah mahabintang dalam sepakbola, misalnya Christiano Ronaldo dan Lionel Messi, karena mereka memiliki prestasi dan kemampuan yang sangat luar biasa dibandingkan para pemain sepak bola lainnya. Dan kini, kalian semua boleh hadir di sini dengan suatu gelar atau sebutan yang sama: mahasiswa. Secara tersirat, ini menunjukkan bahwa kalian adalah pribadi-pribadi yang luar biasa. Pencapaian ini memperlihatkan bahwa perjuangan kalian belajar setiap hari, berkawan dengan buku dan alat tulis tidaklah sia-sia. Semua itu telah mengantar kalian sampai pada tahap ini, menjadi mahasiswa-mahasiswi yang akan belajar di kampus ini. Namun mudah-mudahan kita pun tidak pernah lupa, bahwa perjuangan kita selama ini bukanlah perjuangan seorang diri. Sebab ada orang tua, keluarga, sanak saudara serta sahabat kenalan yang dengan caranya masing-masing telah mendukung dan membantu kita semua. Lebih dari itu, mudah-mudahan kita pun tidak pernah lupa bahwa Tuhan senantiasa mendampingi dan mencurahkan rahmat-Nya atas diri kita masing-masing, sehingga perjuangan kita menjadi bermakna. Pencapaian ini menjadi bukti bahwa Tuhan sungguh-sungguh mengasihi kalian masing-masing.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan. Dalam bacaan-bacaan kitab suci yang baru saja kita dengar bersama, Tuhan menyampaikan dua pesan bagi kita semua, terutama dalam konteks kita yang akan memulai perkuliahan di tahun akademik yang baru ini. Dalam bacaan pertama, kita dengar bagaimana St Paulus berdoa bagi umat yang telah diajar dan dibinanya untuk beriman kepada Kristus. Dalam doa itu, Paulus mengenang kembali segala karya Allah di masa lalu, sekaligus ia berdoa bagi umatnya supaya mereka dapat semakin beriman kepada Kristus. “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, doa St. Paulus ini bukan hanya menjadi milik jemaat 2000 tahun lalu, tapi juga menjadi milik kita saat ini. Dengan kata lain, St Paulus tidak hanya berdoa bagi umat pada zamannya, tetapi ia juga berdoa untuk kita semua, dan terutama untuk kalian yang sedang belajar di kampus ini. Kita tahu bahwa kampus adalah tempat belajar dan menimba pengetahuan demi masa depan. Di tempat ini, kalian akan belajar berbagai hal baru yang belum pernah kalian dapatkan sebelumnya. Namun perlu diingat, sehebat apapun pengetahuan yang kita miliki, semua itu tidak akan ada artinya jika Kristus tidak ada di dalam hati kita dan kita tidak berakar di dalam kasih. Seperti selalu kami katakan ketika ngobrol-ngobrol di pastoran, bahwa di Indonesia ini banyak sekali orang pintar dan hebat, namun persoalannya tidak ada kasih di dalam hati mereka, makanya negara kita jadi seperti ini. Pengetahuan dan ilmu memang penting, namun iman dan kasih tetap yang utama. Oleh sebab itu, dengan merenungkan doa St. Paulus ini, saya pun ingin mengingatkan rekan-rekan muda—karena saya pun masih muda—bahwa masa kuliah kerap kali menjadi masa yang begitu sibuk, penuh dengan kegiatan ini itu, sehingga kita kerap kali tidak lagi punya waktu untuk Tuhan. Bahkan banyak anak muda yang begitu menjadi mahasiswa tidak lagi pergi ke Gereja untuk mengikuti misa. Mereka mendadak menjadi kapal selam, yang hanya muncul untuk bernapas—merayakan natal dan paskah. Namun saya yakin bahwa kalian semua yang hadir di sini adalah pribadi-pribadi yang tahu bagaimana mensyukuri anugerah Tuhan yang telah memberi kesempatan kalian untuk belajar di kampus ini, dan oleh sebab itu saya percaya bahwa kalian akan setia untuk mengikuti misa kudus dan kegiatan Gereja lainnya. Itulah pesan dari bacaan I.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, jika bacaan I tadi bisa dikatakan berbicara tentang masa lampau sampai dengan saat ini, maka bacaan Injil yang telah kita dengar dapat dikatakan berbicara tentang masa kini menuju masa depan. Dalam Injil Lukas tadi, kita dengar lagi tentang kisah bagaimana Petrus dipanggil menjadi murid Yesus, lewat suatu peristiwa mukjizat. Ada banyak hal yang bisa kita renungkan dari bacaan ini. Namun saya pribadi ingin mengajak kita semua merenungkan perkataan Yesus yang singkat kepada Petrus: “Bertolaklah ke tempat yang dalam…” atau dalam bahasa Latin “Duc in Altum”. Merefleksikan kata-kata Yesus ini, saya jadi teringat pengalaman ketika saya mulai kuliah filsafat teologi. Yah, biar kata seumur hidup saya belum pernah merasakan yang namanya wisuda dan pakai toga, tapi begini-begini saya juga pernah kuliah, bahkan saya kenyang kuliah lima setengah tahun. Dan ketika saya mulai kuliah, saya agak shock; koq sistemnya berbeda dengan waktu SMA. Sebelum mulai perkuliahan harus menyusun KRS. Untuk setiap mata kuliah, kita harus pindah ruang kelas. Lalu dosen sering memberi diktat yang tebal-tebal, disuruh baca sendiri, lalu minggu depan didiskusikan. Kalau kita kenal musim mangga, musim rambutan, dsb, maka di kampus juga ada yang disebut musim paper dan makalah, di mana para dosen secara serempak memberikan paper yang harus dikumpul dalam jangka waktu yang saling berdekatan. Kalau ujian dapat E atau D, maka kita harus mengulang mata kuliah, dsb. Itulah beberapa contoh hal baru yang saya jumpai sebagai mahasiswa tahun pertama. Lebih-lebih hidup kami di dalam biara menyebabkan kami tidak bisa memiliki laptop dan printer pribadi; jadi yang boleh kami gunakan hanyalah yang milik biara. Bayangkan ada 30 frater dengan 5 komputer dan 2 printer, bisa dibayangkan seperti apa repotnya mengerjakan tugas kuliah, apalagi pada saat musim paper. Dalam kondisi yang penuh tantangan itu, kadang saya tergoda untuk menyerah. Saya mulai bertanya diri, kenapa sih sistem perkuliahan sangat berbeda dengan sistem di SMA? Bukankah cara kita belajar dulu juga sudah baik? Belum lagi, ada komentar-komentar yang menjatuhkan semangat dari beberapa teman, “Buat apa kamu sekolah tinggi-tinggi. Toh presiden sudah ada, menteri sudah ada, pejabat-pejabat sudah ada? Apalagi yang mau kamu cari? Lihat di sekitarmu, banyak sekali lulusan sarjana yang akhirnya juga menganggur. Jadi untuk apa kamu sekolah tinggi-tinggi?” Untunglah di samping komentar-komentar semacam itu, saya menerima pula kata-kata dukungan dan semangat yang mendorong saya untuk bertahan, hingga saat ini.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, apa yang saya sharingkan tadi besar kemungkinan juga akan kalian hadapi, meskipun dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Oleh karenanya mudah-mudahan ketika saat itu tiba, kita pun ingat akan kisah Petrus yang dipanggil menjadi murid Yesus. Bayangkan situasi Petrus saat itu yang sudah semalaman menjala ikan, namun tidak dapat apa-apa, sehingga dalam keadaan lelah dan mungkin kesal ia merapat ke pantai danau Genasaret. Tiba-tiba ada seorang pria naik ke atas kapalnya, menyuruhnya menolakkan kapal agak menjauh, lalu mulai mengajar banyak orang. Seusai mengajar, pria itu berkata kepada Petrus, “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Coba kita bayangkan, bagaimana ilfeel-nya Petrus. Mungkin awalnya, Petrus terkesan ketika Yesus mengajar orang banyak—kata-kata-Nya bagus dan pesan-Nya menyentuh hati. Tapi Yesus tahu apa tentang keadaan ikan-ikan di danau; Dia kan hanya anak tukang kayu. Oleh sebab itu Petrus dengan sikap yang kurang percaya, akhirnya menuruti perkataan Yesus, mungkin dengan harapan untuk membuktikan bahwa Yesus salah. Dan kita tahu akhir dari cerita ini, mukjizat besar pun terjadi.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, sama seperti yang dialami Petrus, jika kita berani keluar dari zona nyaman kita masing-masing, maka kita akan menemukan bahwa mukjizat pun terjadi di dalam hidup kita. Kita tahu bahwa masa lalu sangatlah menyenangkan, sedangkan masa depan itu tidak pasti. Makanya ketika situasi berjalan tidak sesuai yang kita inginkan (misalnya, waktu banyak tugas, banyak ujian), kita berharap untuk bisa kembali ke masa lalu (misalnya, masa-masa SMA). Persoalannya adalah jika kita tetap tinggal di masa lalu, maka kita hanya akan menjadi pribadi yang begitu-begitu saja, sulit untuk berkembang. Sama seperti pengalaman saya tadi, setelah direfleksikan, kini baru saya sadar bahwa sistem perkuliahan di kampus memang diatur sedemikian rupa, supaya kita diajar dan diperlakukan sebagai pribadi yang dewasa. Dan saya sendiri yakin bahwa saya tidak akan bisa menjadi seperti ini, jika saya tidak pernah mengalami yang namanya kuliah di perguruan tinggi. Oleh sebab itu, mudah-mudahan kita juga selalu ingat pesan Injil hari ini, terutama pada saat-saat sulit dan melelahkan ketika menimba ilmu di kampus ini, “Duc in Altum. Bertolaklah ke tempat yang dalam. Tinggalkanlah kenyamananmu di masa lalu, keluarlah dan kamu akan menemukan bahwa mukjizat terjadi di tempat yang dalam.”
Semoga Allah yang mahapengasih memberkati kita semua. Amin.

DOA PERMOHONAN
  1. Bagi semua mahasiswa di kampus ini yang akan menghadapi tahun akademik yang baru
  2. Bagi semua dosen, staff dan siapa saja yang bekerja di kampus ini
  3. Bagi para alumnus kampus ini (terutama mereka yang masih menganggur dan yang menderita sakit)
  4. Bagi para mahasiswa baru (semoga menemukan kegembiraan dan persahabatan yang akrab)
  5. Bagi keluarga dan sanak kerabat kita masing-masing
DOA PENUTUP
Tuhan, Allah kami, berkatilah kami yang akan mengawali masa perkuliahan yang baru ini. Semoga cahaya-Mu bersinar dalam diri kami, dan menerangi langkah-langkah di masa yang akan datang, serta membantu kami untuk saling berbagi kasih, kebaikan, kegembiraan dan kepeduliaan di dalam kampus ini. Semua ini kami mohon kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami, yang hidup dan bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Silahkan gunakan tombol jejaring sosial di atas untuk berbagi artikel dalam blog Sang Murid ini


author

Profil Penulis

Halo, saya adalah Pastor Dhaniel Whisnu, CICM dari Tangerang, provinsi Banten. Terima kasih karena Anda telah berkunjung ke blog ini. Oya, jangan lupa daftarkan email Anda di kotak Berlangganan pada menu samping untuk mendapatkan info tentang artikel-artikel terbaru dari saya. Sampai jumpa lagi :)

0 komentar:

Posting Komentar

Peraturan Berkomentar:
- Berkomentarlah secara relevan sesuai artikel di atas
- Untuk berkomentar, gunakanlah OpenID/Name URL/Google+
- Sampaikan komentar dengan bahasa yang jelas dan sopan
- Tidak diizinkan untuk menulis komentar link hidup/aktif, promosi (iklan), SPAM, porno dan OOT (Out Of Topic)