Renungan Harian, Minggu, 4 Mei 2014 - Minggu Paskah III [Putih]
Bacaan I: Kis 2:14,22-23
Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini.
Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. Sebab Daud berkata tentang Dia:
Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu.
Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.
Mazmur: 16:1-2a,5,7-8,9-10,11; R:11a
Bacaan II: 1Ptr 1:17-21
Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.
Injil: Luk 24:13-35
Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?" Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat." Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"
Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.
Renungan
Beberapa tahun terakhir,
dunia sempat gempar akibat ditemukannya suatu kompleks makam di Talpiot,
Yerusalem. Yang membuat gempar adalah bahwa pada makam-makam itu tertulis nama:
Yesus anak Yusuf, Maria, Yoses, Matius dan Yudas anak Yesus. Dunia pun langsung
heboh; berbagai dugaan dan teori muncul. Orang-orang yang bisa dikatakan tidak
percaya kepada Yesus Kristus mengatakan, “Oh, ternyata Yesus Kristus itu bukan
Allah. Dia hanyalah manusia biasa. Buktinya ia pun punya istri dan anak. Selain
itu setelah wafat, Ia tidak bangkit, karena buktinya ada jenazahnya di sini.”
Orang-orang yang moderat dan lebih kritis berkata, “Makam itu masih perlu
diselidiki lebih jauh.” Sedangkan umat Kristiani sendiri tanggapannya
bermacam-macam: ada yang tetap percaya kepada Tuhan Yesus; ada yang bersikap
biasa-biasa saja; ada pula yang mulai ragu dan kehilangan iman. Bagaimana
dengan kita sendiri?
Saya kira kita perlu
berpikir logis dalam rangka menyikapi penemuan makam tadi. Jangan sampai karena
penemuan baru ini, yang bisa dikatakan masih belum jelas kebenarannya, iman
kita menjadi ragu serta terguncang. Padahal kita mempunyai hal lain yang justru
bisa menguatkan kita dan mengenyahkan segala keraguan, yaitu Kitab Suci. Jangan
kita lupa bahwa di dalam lembaran-lembaran kitab suci ini tersimpan kesaksian
yang paling awal tentang kebangkitan Kristus. Kesaksian ini berasal dari
orang-orang yang pernah hidup bersama Kristus dan menyaksikan kebangkitan-Nya
dari orang mati. Di samping itu, jutaan atau bahkan miliaran orang di dunia selama
2000 tahun ini telah mendapat inspirasi baru berkat kesaksian dalam kitab suci.
Dengan kata lain, buah dari kitab suci sudah kelihatan. Jika demikian, mana
yang akan kita pilih? Penemuan baru yang masih belum jelas atau kesaksian lama
yang sudah banyak menginspirasi orang? Silakan Anda pilih sendiri.
Dalam Injil dikisahkan
bagaimana 2 murid Yesus yang sedih berjalan ke Emaus. Mereka sedih karena
harapan mereka bahwa Yesus akan membebaskan bangsa Israel dan menjadi raja
penyelamat gagal. Bahkan pada kenyataannya, hidup Yesus malah berujung pada
wafat-Nya di kayu salib. Semua harapan mereka sirna. Mereka seolah merasa bahwa
sia-sialah menjadi murid Yesus selama ini. Di tengah kesedihan itu, mereka
berjumpa dengan Yesus yang bangkit. Tapi kesedihan menutupi pandangan mereka,
sehingga mereka tidak mengenali-Nya. Bahkan setelah Yesus mulai menjelaskan isi
kitab suci, sehingga hati mereka berkobar-kobar pun, mereka masih tetap tidak
mengenali-Nya. Baru pada saat makan bersama, ketika Yesus mengambil roti,
mengucap berkat, memecah-mecahkan roti itu dan membagikannya kepada mereka,
mata mereka pun terbuka dan mengenali bahwa pria yang telah berjalan bersama
mereka ke Emaus dan yang sekarang ada di hadapan mereka adalah Yesus. Meskipun
setelah itu Yesus lenyap, namun perjumpaan dengan Yesus itu telah memulihkan
semangat dan kepercayaan mereka, sehingga malam itu juga mereka kembali ke Yerusalem.
Jika kedua murid tadi
mengalami semangat dan iman yang baru setelah berjumpa dengan Yesus yang
bangkit, maka apa yang dialami Petrus dan para rasul tidak kalah hebatnya.
Dalam bacaan I kita dengar bagaimana Petrus dan para rasul mewartakan tentang
Yesus kepada orang-orang Yahudi di Yerusalem. Bahkan dengan gagah berani,
Petrus memberi kesaksian panjang lebar tentang Yesus sekaligus ia juga
menjelaskan isi kitab suci. Kita tahu bahwa Petrus di masa lalu adalah orang
yang pengecut, bisa menyangkal Gurunya sekaligus ia pun sering ragu dan keras
kepala. Tapi Petrus berubah 180 derajat menjadi pribadi baru yang berani
mewartakan Tuhan Yesus, sekalipun harus menghadapi berbagai tantangan, siksaan
bahkan sampai dipenjara juga. Mengapa bisa begitu? Pertama, karena Petrus sudah
mengalami bahwa Yesus sungguh bangkit. Semua yang dikatakan Gurunya adalah
benar adanya. Dan kedua, karena ia telah menerima karunia Roh Kudus pada hari
Pentakosta. Inilah yang disebut sebagai hidup yang diubah. Petrus pun turut
bangkit bersama dengan Kristus, bukan dalam artian bangkit dari mati melainkan
bangkit dalam iman.
Lalu inspirasi apa yang
bisa kita timba dari sabda Tuhan hari ini. Menurut saya, sekurang-kurangnya ada
2 poin.
Pertama, dalam hidup kita seringkali mengalami kesedihan, keterpurukan
dan putus asa di tengah berbagai persoalan hidup yang melanda. Pada titik itu
biasanya kita sulit untuk merasakan kehadiran Tuhan yang mengasihi kita. Kita
seolah-olah ditinggalkan oleh Tuhan seorang diri. Padahal Ia tidak pernah
meninggalkan kita sendirian. Hanya saja perhatian kita begitu terfokus pada
masalah, sehingga kita tidak bisa lagi merasakan kehadiran-Nya. Oleh sebab itu,
mari kita belajar dari kedua murid yang berjalan ke Emaus. Apa yang membuat
hati mereka berkobar-kobar dalam perjalanan itu? Ketika Tuhan menjelaskan isi
kitab suci kepada mereka. Dan apa yang menyebabkan mereka akhirnya mampu
mengenali Yesus? Kenangan akan Yesus, khususnya pada perjamuan malam terakhir.
Dari sini kita bisa belajar bahwa dalam menghadapi berbagai persoalan hidup,
kita perlu selalu mengakrabkan diri dengan sabda Tuhan dan kenangan-kenangan
masa lalu. Yang saya maksud dengan sabda Tuhan tentu saja adalah kitab suci
yang kita renungkan. Sedangkan yang saya maksud dengan kenangan-kenangan masa
lalu ini, yaitu kenangan saat kita baru saja percaya kepada Tuhan, kenangan
saat kita bertobat dan kenangan saat kita merasa Tuhan begitu dekat dengan
kita. Dengan cara demikian, kita pun akan selalu dikuatkan untuk menghadapi
berbagai persoalan hidup kita setiap hari.
Kedua, kita sering merasa bahwa hidup ini adalah milik kita. Padahal
kita tahu bahwa hidup kita berasal dari Allah. Bahkan iman kita pun adalah
hasil pemberian Allah juga. Ini adalah suatu hidup yang benar-benar baru,
karena kita ditebus bukan dengan emas atau perak, melainkan dengan darah yang
mahal sebagaimana dikatakan dalam bacaan II tadi. Tapi pernahkah kita bersyukur
akan hal itu? Dan apakah kita juga menjaga dan memelihara hidup ini dengan sebaik-baiknya?
Jangan lupa saudara-saudari, pada akhir hidup kita, kita masing-masing akan
dituntut pertanggungjawaban atas apa yang telah kita lakukan di dunia. Oleh
sebab itu, saat ini belum terlambat bagi kita untuk memperbaiki diri dan
berbalik kepada Allah. Jangan sampai kita menyesal kemudian akibat apa yang
telah kita lakukan.
Semoga Allah yang mahapengasih memberkati kita semua. Amin