2014 - Catatan Lepas Sang Murid

Senin, 18 Agustus 2014

Renungan Ibadat Penerimaan Mahasiswa Baru: Duc in Altum

Duc in Altum

PENGANTAR
Selamat pagi, saudara-saudari yang dikasihi Tuhan. Selamat datang dalam ibadah kita pada hari ini. Kita bersyukur dan bergembira karena Tuhan telah mengumpulkan kita di sini untuk bersama-sama berdoa memohon rahmat dan penyertaan-Nya, terutama untuk segala sesuatu yang akan kita hadapi di masa depan: perkuliahan, persahabatan, serta segala kerja keras kita untuk mengejar cita-cita. Sebagai orang yang memiliki iman kepada Allah, amat baiklah jika sebelum menghadapi semua itu, kita berdoa kepada Allah memohon kekuatan sambil kita mempersembahkan hidup kita masing-masing agar berjalan sesuai dengan kehendak-Nya yang kudus.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, lewat bacaan-bacaan Kitab Suci yang akan kita renungkan nanti, kita diajak untuk selalu tinggal dalam Kristus, berakar dalam kasih, serta berani meninggalkan zona nyaman hidup kita masing-masing. Sebab hanya dengan cara itulah perjuangan kita mengejar cita-cita menjadi punya makna, serta pengetahuan kita pun bisa menjadi bermanfaat bagi sesama.
Oleh sebab itu, Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, marilah sekarang kita tundukkan kepala sejenak, dan kita ingat kembali kehidupan kita di masa lalu, khususnya segala dosa dan kesalahan kita. 

BACAAN I
3:14 Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa,
3:15 yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya.
3:16 Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,
3:17 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.
3:18 Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,
3:19 dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
3:20 Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,
3:21 bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.

INJIL
5:1 Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah.
5:2 Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya.
5:3 Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.
5:4 Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
5:5 Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."
5:6 Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.
5:7 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.
5:8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."
5:9 Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap;
5:10 demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."
5:11 Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

RENUNGAN
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, terutama para mahasiswa baru yang berbahagia. Pertama-tama saya ucapkan selamat bergembira karena kalian semua akhirnya bisa berada di kampus ini, dan mendapatkan gelar atau sebutan yang luar biasa, yaitu mahasiswa. Kita tahu bahwa segala sesuatu yang menggunakan kata “maha” selalu berarti yang paling tinggi, paling hebat, paling besar, dsb. Contohnya, kita menyebut Allah dengan gelar mahakuasa dan mahabijaksana, karena memang hanya Allah sendiri yang paling berkuasa dan paling bijaksana. Kita juga mengenal istilah mahaguru untuk para professor atau guru besar di perguruan-perguruan tinggi. Ada pula istilah mahabintang dalam sepakbola, misalnya Christiano Ronaldo dan Lionel Messi, karena mereka memiliki prestasi dan kemampuan yang sangat luar biasa dibandingkan para pemain sepak bola lainnya. Dan kini, kalian semua boleh hadir di sini dengan suatu gelar atau sebutan yang sama: mahasiswa. Secara tersirat, ini menunjukkan bahwa kalian adalah pribadi-pribadi yang luar biasa. Pencapaian ini memperlihatkan bahwa perjuangan kalian belajar setiap hari, berkawan dengan buku dan alat tulis tidaklah sia-sia. Semua itu telah mengantar kalian sampai pada tahap ini, menjadi mahasiswa-mahasiswi yang akan belajar di kampus ini. Namun mudah-mudahan kita pun tidak pernah lupa, bahwa perjuangan kita selama ini bukanlah perjuangan seorang diri. Sebab ada orang tua, keluarga, sanak saudara serta sahabat kenalan yang dengan caranya masing-masing telah mendukung dan membantu kita semua. Lebih dari itu, mudah-mudahan kita pun tidak pernah lupa bahwa Tuhan senantiasa mendampingi dan mencurahkan rahmat-Nya atas diri kita masing-masing, sehingga perjuangan kita menjadi bermakna. Pencapaian ini menjadi bukti bahwa Tuhan sungguh-sungguh mengasihi kalian masing-masing.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan. Dalam bacaan-bacaan kitab suci yang baru saja kita dengar bersama, Tuhan menyampaikan dua pesan bagi kita semua, terutama dalam konteks kita yang akan memulai perkuliahan di tahun akademik yang baru ini. Dalam bacaan pertama, kita dengar bagaimana St Paulus berdoa bagi umat yang telah diajar dan dibinanya untuk beriman kepada Kristus. Dalam doa itu, Paulus mengenang kembali segala karya Allah di masa lalu, sekaligus ia berdoa bagi umatnya supaya mereka dapat semakin beriman kepada Kristus. “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, doa St. Paulus ini bukan hanya menjadi milik jemaat 2000 tahun lalu, tapi juga menjadi milik kita saat ini. Dengan kata lain, St Paulus tidak hanya berdoa bagi umat pada zamannya, tetapi ia juga berdoa untuk kita semua, dan terutama untuk kalian yang sedang belajar di kampus ini. Kita tahu bahwa kampus adalah tempat belajar dan menimba pengetahuan demi masa depan. Di tempat ini, kalian akan belajar berbagai hal baru yang belum pernah kalian dapatkan sebelumnya. Namun perlu diingat, sehebat apapun pengetahuan yang kita miliki, semua itu tidak akan ada artinya jika Kristus tidak ada di dalam hati kita dan kita tidak berakar di dalam kasih. Seperti selalu kami katakan ketika ngobrol-ngobrol di pastoran, bahwa di Indonesia ini banyak sekali orang pintar dan hebat, namun persoalannya tidak ada kasih di dalam hati mereka, makanya negara kita jadi seperti ini. Pengetahuan dan ilmu memang penting, namun iman dan kasih tetap yang utama. Oleh sebab itu, dengan merenungkan doa St. Paulus ini, saya pun ingin mengingatkan rekan-rekan muda—karena saya pun masih muda—bahwa masa kuliah kerap kali menjadi masa yang begitu sibuk, penuh dengan kegiatan ini itu, sehingga kita kerap kali tidak lagi punya waktu untuk Tuhan. Bahkan banyak anak muda yang begitu menjadi mahasiswa tidak lagi pergi ke Gereja untuk mengikuti misa. Mereka mendadak menjadi kapal selam, yang hanya muncul untuk bernapas—merayakan natal dan paskah. Namun saya yakin bahwa kalian semua yang hadir di sini adalah pribadi-pribadi yang tahu bagaimana mensyukuri anugerah Tuhan yang telah memberi kesempatan kalian untuk belajar di kampus ini, dan oleh sebab itu saya percaya bahwa kalian akan setia untuk mengikuti misa kudus dan kegiatan Gereja lainnya. Itulah pesan dari bacaan I.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, jika bacaan I tadi bisa dikatakan berbicara tentang masa lampau sampai dengan saat ini, maka bacaan Injil yang telah kita dengar dapat dikatakan berbicara tentang masa kini menuju masa depan. Dalam Injil Lukas tadi, kita dengar lagi tentang kisah bagaimana Petrus dipanggil menjadi murid Yesus, lewat suatu peristiwa mukjizat. Ada banyak hal yang bisa kita renungkan dari bacaan ini. Namun saya pribadi ingin mengajak kita semua merenungkan perkataan Yesus yang singkat kepada Petrus: “Bertolaklah ke tempat yang dalam…” atau dalam bahasa Latin “Duc in Altum”. Merefleksikan kata-kata Yesus ini, saya jadi teringat pengalaman ketika saya mulai kuliah filsafat teologi. Yah, biar kata seumur hidup saya belum pernah merasakan yang namanya wisuda dan pakai toga, tapi begini-begini saya juga pernah kuliah, bahkan saya kenyang kuliah lima setengah tahun. Dan ketika saya mulai kuliah, saya agak shock; koq sistemnya berbeda dengan waktu SMA. Sebelum mulai perkuliahan harus menyusun KRS. Untuk setiap mata kuliah, kita harus pindah ruang kelas. Lalu dosen sering memberi diktat yang tebal-tebal, disuruh baca sendiri, lalu minggu depan didiskusikan. Kalau kita kenal musim mangga, musim rambutan, dsb, maka di kampus juga ada yang disebut musim paper dan makalah, di mana para dosen secara serempak memberikan paper yang harus dikumpul dalam jangka waktu yang saling berdekatan. Kalau ujian dapat E atau D, maka kita harus mengulang mata kuliah, dsb. Itulah beberapa contoh hal baru yang saya jumpai sebagai mahasiswa tahun pertama. Lebih-lebih hidup kami di dalam biara menyebabkan kami tidak bisa memiliki laptop dan printer pribadi; jadi yang boleh kami gunakan hanyalah yang milik biara. Bayangkan ada 30 frater dengan 5 komputer dan 2 printer, bisa dibayangkan seperti apa repotnya mengerjakan tugas kuliah, apalagi pada saat musim paper. Dalam kondisi yang penuh tantangan itu, kadang saya tergoda untuk menyerah. Saya mulai bertanya diri, kenapa sih sistem perkuliahan sangat berbeda dengan sistem di SMA? Bukankah cara kita belajar dulu juga sudah baik? Belum lagi, ada komentar-komentar yang menjatuhkan semangat dari beberapa teman, “Buat apa kamu sekolah tinggi-tinggi. Toh presiden sudah ada, menteri sudah ada, pejabat-pejabat sudah ada? Apalagi yang mau kamu cari? Lihat di sekitarmu, banyak sekali lulusan sarjana yang akhirnya juga menganggur. Jadi untuk apa kamu sekolah tinggi-tinggi?” Untunglah di samping komentar-komentar semacam itu, saya menerima pula kata-kata dukungan dan semangat yang mendorong saya untuk bertahan, hingga saat ini.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, apa yang saya sharingkan tadi besar kemungkinan juga akan kalian hadapi, meskipun dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Oleh karenanya mudah-mudahan ketika saat itu tiba, kita pun ingat akan kisah Petrus yang dipanggil menjadi murid Yesus. Bayangkan situasi Petrus saat itu yang sudah semalaman menjala ikan, namun tidak dapat apa-apa, sehingga dalam keadaan lelah dan mungkin kesal ia merapat ke pantai danau Genasaret. Tiba-tiba ada seorang pria naik ke atas kapalnya, menyuruhnya menolakkan kapal agak menjauh, lalu mulai mengajar banyak orang. Seusai mengajar, pria itu berkata kepada Petrus, “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Coba kita bayangkan, bagaimana ilfeel-nya Petrus. Mungkin awalnya, Petrus terkesan ketika Yesus mengajar orang banyak—kata-kata-Nya bagus dan pesan-Nya menyentuh hati. Tapi Yesus tahu apa tentang keadaan ikan-ikan di danau; Dia kan hanya anak tukang kayu. Oleh sebab itu Petrus dengan sikap yang kurang percaya, akhirnya menuruti perkataan Yesus, mungkin dengan harapan untuk membuktikan bahwa Yesus salah. Dan kita tahu akhir dari cerita ini, mukjizat besar pun terjadi.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, sama seperti yang dialami Petrus, jika kita berani keluar dari zona nyaman kita masing-masing, maka kita akan menemukan bahwa mukjizat pun terjadi di dalam hidup kita. Kita tahu bahwa masa lalu sangatlah menyenangkan, sedangkan masa depan itu tidak pasti. Makanya ketika situasi berjalan tidak sesuai yang kita inginkan (misalnya, waktu banyak tugas, banyak ujian), kita berharap untuk bisa kembali ke masa lalu (misalnya, masa-masa SMA). Persoalannya adalah jika kita tetap tinggal di masa lalu, maka kita hanya akan menjadi pribadi yang begitu-begitu saja, sulit untuk berkembang. Sama seperti pengalaman saya tadi, setelah direfleksikan, kini baru saya sadar bahwa sistem perkuliahan di kampus memang diatur sedemikian rupa, supaya kita diajar dan diperlakukan sebagai pribadi yang dewasa. Dan saya sendiri yakin bahwa saya tidak akan bisa menjadi seperti ini, jika saya tidak pernah mengalami yang namanya kuliah di perguruan tinggi. Oleh sebab itu, mudah-mudahan kita juga selalu ingat pesan Injil hari ini, terutama pada saat-saat sulit dan melelahkan ketika menimba ilmu di kampus ini, “Duc in Altum. Bertolaklah ke tempat yang dalam. Tinggalkanlah kenyamananmu di masa lalu, keluarlah dan kamu akan menemukan bahwa mukjizat terjadi di tempat yang dalam.”
Semoga Allah yang mahapengasih memberkati kita semua. Amin.

DOA PERMOHONAN
  1. Bagi semua mahasiswa di kampus ini yang akan menghadapi tahun akademik yang baru
  2. Bagi semua dosen, staff dan siapa saja yang bekerja di kampus ini
  3. Bagi para alumnus kampus ini (terutama mereka yang masih menganggur dan yang menderita sakit)
  4. Bagi para mahasiswa baru (semoga menemukan kegembiraan dan persahabatan yang akrab)
  5. Bagi keluarga dan sanak kerabat kita masing-masing
DOA PENUTUP
Tuhan, Allah kami, berkatilah kami yang akan mengawali masa perkuliahan yang baru ini. Semoga cahaya-Mu bersinar dalam diri kami, dan menerangi langkah-langkah di masa yang akan datang, serta membantu kami untuk saling berbagi kasih, kebaikan, kegembiraan dan kepeduliaan di dalam kampus ini. Semua ini kami mohon kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami, yang hidup dan bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.


Rabu, 07 Mei 2014

Dua hal yang tidak bisa diperbuat Allah terhadap manusia

Allah mencintai kita
Renungan Harian, Rabu, 7 Mei 2014 - Rabu dalam pekan Paskah III [Putih]

Bacaan I: Kis 8:1b-8
Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat. Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. 
Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ. Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu. Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan. Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu.


Injil: Yoh 6:35-40
Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."

Renungan
Seorang bijak pernah berkata: "Meskipun Allah itu mahakuasa, ternyata ada 2 hal yang tidak bisa dilakukan-Nya terhadap manusia, yakni: Pertama, Allah tidak bisa berhenti mencintai manusia; dan kedua, Allah tidak bisa memaksa manusia untuk membalas cinta-Nya." Sepanjang sejarah, khususnya seperti yang dicatat dalam kitab suci, kita bisa temukan bahwa Allah pun terkadang bisa jengkel, marah dan bahkan bisa menghukum manusia. Namun kedua hal tadi tetap tidak dapat diperbuat Allah.


Jika kita merenungkan Injil hari ini, temanya ternyata masih tetap sama dengan hari-hari sebelumnya, yaitu: Orang yang percaya kepada Yesus akan beroleh hidup kekal dan dibangkitkan pada akhir zaman. Mengapa untuk memperoleh hasil ini (hidup kekal dan kebangkitan) Allah selalu menetapkan syarat (manusia harus percaya kepada Yesus)? Bukankah akan lebih mudah bagi kita jika tidak ada syarat yang wajib dipenuhi?

Akan tetapi jika kita refleksikan sungguh-sungguh, alasan Allah menetapkan syarat sebenarnya sederhana: karena Ia tidak bisa memaksa manusia untuk beroleh keselamatan. Allah memang menawarkan keselamatan itu kepada semua orang, namun Ia tidak bisa memaksa mereka yang lebih suka memilih jalan lain dan menolak untuk selamat. Satu-satunya yang bisa dilakukan Allah saat ini adalah terus mencintai manusia dan tetap berharap bahwa suatu saat mereka akan membalas cinta-Nya dan menerima keselamatan yang ditawarkan-Nya.

Allah telah menyatakan perasaan serta cinta-Nya kepada kita. Maukah kita berkata "Ya" bagi Dia hari ini?


Selasa, 06 Mei 2014

Berjuang demi Roti Hidup


Roti Hidup
Renungan Harian, Selasa, 6 Mei 2014 - Selasa dalam pekan Paskah III [Putih]

Bacaan I: Kis 7:51-8:1a

Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu. 
Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. 

Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya." 
Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. 
Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. 
Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." 
Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. 
Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. 
Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." 
Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.




Injil: Yoh 6:30-35

Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? 
Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga." 

Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. 
Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." 
Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." 
Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

Renungan
Ada ungkapan lama yang sudah sangat populer di telinga kita: hidup adalah perjuangan. Ungkapan itu menggambarkan bahwa segala sesuatu yang kita inginkan dalam hidup selalu membutuhkan kerja keras dan pengorbanan untuk meraihnya. Namun banyak orang seringkali mempersempit arti perjuangan itu dalam lingkup kehidupan saat ini saja. Oleh sebab itu, kebanyakan yang mereka kejar adalah harta, kuasa dan kenikmatan duniawi semata. Padahal di dunia ini ada nilai-nilai lain yang pantas dikejar, misalnya kebahagiaan, keadilan dan kebenaran, yang melampaui semua hal tadi. Apalagi nilai-nilai itu tidak hanya berpengaruh untuk hidup saat ini, tapi juga dalam kehidupan kelak setelah kita mati.

Dalam Injil hari ini, Yesus mengatakan bahwa Dirinya adalah roti hidup yang turun dari surga dan memberi hidup bagi dunia. Yesus mengungkapkan pengakuan ini sebagai tanggapan atas ketidakpercayaan orang-orang yang telah dikenyangkan oleh mukjizat penggandaan roti yang diperbuat Yesus. Sebab sikap mereka terlalu mengagungkan Musa yang memberi makan manna kepada bangsa Israel di padang gurun, sehingga mengganggap Yesus sekedar nabi kecil yang tidak berarti. Padahal Ia jauh lebih besar daripada semua nabi. Apalagi yang Yesus bawa adalah makanan rohani, yaitu Diri-Nya sendiri, yang tidak hanya memberi damai sejati di dunia, tapi juga hidup kekal di surga. Karena Yesus adalah makanan rohani, maka cara "menyantap-Nya" pertama-tama bukanlah dengan memakan-Nya, melainkan dengan percaya kepada-Nya. Itulah perjuangan terpenting kita dalam hidup.

Mampukah kita berjuang demi roti hidup hari ini?


Senin, 05 Mei 2014

Apa yang sudah Aku Berikan bagi Tuhan?

Makanan apakah yang kita dambakan?
Renungan Harian, Senin, 5 Mei 2014 - Senin dalam pekan Paskah III [Putih]

Bacaan I: Kis 6:8-15

Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. 
Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini -- anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria -- bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, 
tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara. 
Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: "Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah." 
Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama. 
Lalu mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata: "Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat, 
sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita." 
Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat.

Mazmur: 119:23-24,26-27,29-30; R:1b

Injil: Yoh 6:22-29

Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. 
Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. 
Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. 

Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" 
Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. 
Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." 
Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" 
Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah."

Renungan
Dalam relasi sehari-hari, tidak jarang orang bertanya seperti ini kepada sesamanya: "Apa yang sudah kamu berikan bagiku? Kebaikan apa yang sudah kamu lakukan untukku?" Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu muncul ketika orang tadi hendak menolak permintaan sesamanya yang butuh pertolongannya. Alasan penolakannya sederhana: karena dia merasa belum pernah dibantu oleh sesamanya. Yang lebih mengherankan lagi, pertanyaan-pertanyaan tadi ternyata juga dilontarkan kepada Tuhan: "Apa yang sudah Tuhan berikan bagiku? Kebaikan apa yang sudah Tuhan lakukan untukku?" Demikianlah kita manusia, selalu sibuk bertanya tentang pihak lain, namun lupa untuk bertanya diri: "Apa yang sudah aku berikan untuk Tuhan dan sesamaku?"

Dalam Injil hari ini, orang banyak yang telah dikenyangkan lewat mukjizat penggandaan roti yang dilakukan Yesus, kemudian berusaha mencari Yesus. Mereka tidak tahu bahwa malam sebelumnya, Yesus telah meninggalkan tempat itu dengan berjalan di atas air. Namun setelah berjumpa, Yesus menegur mereka, karena yang mereka inginkan hanyalah makanan gratis dari-Nya yang bisa mengenyangkan perut. Padahal yang hendak Yesus berikan bagi dunia adalah makanan jiwa yang bisa bertahan sampai hidup kekal. Tapi ada syarat untuk mendapatkannya: kita harus percaya kepada Yesus yang telah diutus Allah. Itulah hal pertama dan utama yang bisa kita berikan bagi Tuhan.

Bisakah kita percaya kepada Tuhan dan kehendak-Nya yang kudus hari ini?


Minggu, 04 Mei 2014

Tuhan tidak pernah Meninggalkan Kita

Yesus menampakkan diri kepada 2 murid dalam perjalanan ke Emaus
Renungan Harian, Minggu, 4 Mei 2014 - Minggu Paskah III [Putih]

Bacaan I: Kis 2:14,22-23
Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. 
Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. Sebab Daud berkata tentang Dia: 
Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. 
Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. 
Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu. 
Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.

Mazmur: 16:1-2a,5,7-8,9-10,11; R:11a

Bacaan II: 1Ptr 1:17-21 
Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.

Injil: Luk 24:13-35
Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?" Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat." Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. 
Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" 
Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.

Renungan
Beberapa tahun terakhir, dunia sempat gempar akibat ditemukannya suatu kompleks makam di Talpiot, Yerusalem. Yang membuat gempar adalah bahwa pada makam-makam itu tertulis nama: Yesus anak Yusuf, Maria, Yoses, Matius dan Yudas anak Yesus. Dunia pun langsung heboh; berbagai dugaan dan teori muncul. Orang-orang yang bisa dikatakan tidak percaya kepada Yesus Kristus mengatakan, “Oh, ternyata Yesus Kristus itu bukan Allah. Dia hanyalah manusia biasa. Buktinya ia pun punya istri dan anak. Selain itu setelah wafat, Ia tidak bangkit, karena buktinya ada jenazahnya di sini.” Orang-orang yang moderat dan lebih kritis berkata, “Makam itu masih perlu diselidiki lebih jauh.” Sedangkan umat Kristiani sendiri tanggapannya bermacam-macam: ada yang tetap percaya kepada Tuhan Yesus; ada yang bersikap biasa-biasa saja; ada pula yang mulai ragu dan kehilangan iman. Bagaimana dengan kita sendiri?

Saya kira kita perlu berpikir logis dalam rangka menyikapi penemuan makam tadi. Jangan sampai karena penemuan baru ini, yang bisa dikatakan masih belum jelas kebenarannya, iman kita menjadi ragu serta terguncang. Padahal kita mempunyai hal lain yang justru bisa menguatkan kita dan mengenyahkan segala keraguan, yaitu Kitab Suci. Jangan kita lupa bahwa di dalam lembaran-lembaran kitab suci ini tersimpan kesaksian yang paling awal tentang kebangkitan Kristus. Kesaksian ini berasal dari orang-orang yang pernah hidup bersama Kristus dan menyaksikan kebangkitan-Nya dari orang mati. Di samping itu, jutaan atau bahkan miliaran orang di dunia selama 2000 tahun ini telah mendapat inspirasi baru berkat kesaksian dalam kitab suci. Dengan kata lain, buah dari kitab suci sudah kelihatan. Jika demikian, mana yang akan kita pilih? Penemuan baru yang masih belum jelas atau kesaksian lama yang sudah banyak menginspirasi orang? Silakan Anda pilih sendiri.

Dalam Injil dikisahkan bagaimana 2 murid Yesus yang sedih berjalan ke Emaus. Mereka sedih karena harapan mereka bahwa Yesus akan membebaskan bangsa Israel dan menjadi raja penyelamat gagal. Bahkan pada kenyataannya, hidup Yesus malah berujung pada wafat-Nya di kayu salib. Semua harapan mereka sirna. Mereka seolah merasa bahwa sia-sialah menjadi murid Yesus selama ini. Di tengah kesedihan itu, mereka berjumpa dengan Yesus yang bangkit. Tapi kesedihan menutupi pandangan mereka, sehingga mereka tidak mengenali-Nya. Bahkan setelah Yesus mulai menjelaskan isi kitab suci, sehingga hati mereka berkobar-kobar pun, mereka masih tetap tidak mengenali-Nya. Baru pada saat makan bersama, ketika Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkan roti itu dan membagikannya kepada mereka, mata mereka pun terbuka dan mengenali bahwa pria yang telah berjalan bersama mereka ke Emaus dan yang sekarang ada di hadapan mereka adalah Yesus. Meskipun setelah itu Yesus lenyap, namun perjumpaan dengan Yesus itu telah memulihkan semangat dan kepercayaan mereka, sehingga malam itu juga mereka kembali ke Yerusalem.

Jika kedua murid tadi mengalami semangat dan iman yang baru setelah berjumpa dengan Yesus yang bangkit, maka apa yang dialami Petrus dan para rasul tidak kalah hebatnya. Dalam bacaan I kita dengar bagaimana Petrus dan para rasul mewartakan tentang Yesus kepada orang-orang Yahudi di Yerusalem. Bahkan dengan gagah berani, Petrus memberi kesaksian panjang lebar tentang Yesus sekaligus ia juga menjelaskan isi kitab suci. Kita tahu bahwa Petrus di masa lalu adalah orang yang pengecut, bisa menyangkal Gurunya sekaligus ia pun sering ragu dan keras kepala. Tapi Petrus berubah 180 derajat menjadi pribadi baru yang berani mewartakan Tuhan Yesus, sekalipun harus menghadapi berbagai tantangan, siksaan bahkan sampai dipenjara juga. Mengapa bisa begitu? Pertama, karena Petrus sudah mengalami bahwa Yesus sungguh bangkit. Semua yang dikatakan Gurunya adalah benar adanya. Dan kedua, karena ia telah menerima karunia Roh Kudus pada hari Pentakosta. Inilah yang disebut sebagai hidup yang diubah. Petrus pun turut bangkit bersama dengan Kristus, bukan dalam artian bangkit dari mati melainkan bangkit dalam iman.

Lalu inspirasi apa yang bisa kita timba dari sabda Tuhan hari ini. Menurut saya, sekurang-kurangnya ada 2 poin.

Pertama, dalam hidup kita seringkali mengalami kesedihan, keterpurukan dan putus asa di tengah berbagai persoalan hidup yang melanda. Pada titik itu biasanya kita sulit untuk merasakan kehadiran Tuhan yang mengasihi kita. Kita seolah-olah ditinggalkan oleh Tuhan seorang diri. Padahal Ia tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Hanya saja perhatian kita begitu terfokus pada masalah, sehingga kita tidak bisa lagi merasakan kehadiran-Nya. Oleh sebab itu, mari kita belajar dari kedua murid yang berjalan ke Emaus. Apa yang membuat hati mereka berkobar-kobar dalam perjalanan itu? Ketika Tuhan menjelaskan isi kitab suci kepada mereka. Dan apa yang menyebabkan mereka akhirnya mampu mengenali Yesus? Kenangan akan Yesus, khususnya pada perjamuan malam terakhir. Dari sini kita bisa belajar bahwa dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, kita perlu selalu mengakrabkan diri dengan sabda Tuhan dan kenangan-kenangan masa lalu. Yang saya maksud dengan sabda Tuhan tentu saja adalah kitab suci yang kita renungkan. Sedangkan yang saya maksud dengan kenangan-kenangan masa lalu ini, yaitu kenangan saat kita baru saja percaya kepada Tuhan, kenangan saat kita bertobat dan kenangan saat kita merasa Tuhan begitu dekat dengan kita. Dengan cara demikian, kita pun akan selalu dikuatkan untuk menghadapi berbagai persoalan hidup kita setiap hari.

Kedua, kita sering merasa bahwa hidup ini adalah milik kita. Padahal kita tahu bahwa hidup kita berasal dari Allah. Bahkan iman kita pun adalah hasil pemberian Allah juga. Ini adalah suatu hidup yang benar-benar baru, karena kita ditebus bukan dengan emas atau perak, melainkan dengan darah yang mahal sebagaimana dikatakan dalam bacaan II tadi. Tapi pernahkah kita bersyukur akan hal itu? Dan apakah kita juga menjaga dan memelihara hidup ini dengan sebaik-baiknya? Jangan lupa saudara-saudari, pada akhir hidup kita, kita masing-masing akan dituntut pertanggungjawaban atas apa yang telah kita lakukan di dunia. Oleh sebab itu, saat ini belum terlambat bagi kita untuk memperbaiki diri dan berbalik kepada Allah. Jangan sampai kita menyesal kemudian akibat apa yang telah kita lakukan.

Semoga Allah yang mahapengasih memberkati kita semua. Amin 


Sabtu, 03 Mei 2014

Apakah Kita Sungguh Mengenal Tuhan?

St Filipus dan St Yakobus
(Renungan Harian, Sabtu, 3 Mei 2014 - Sabtu dalam pekan Paskah II)

Pesta St Filipus dan Yakobus, Rasul (Merah)

Bacaan I: 1Kor 15:1-8
Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu -- kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.

Mazmur: 19:2-3,4-5; R:5a

Injil: Yoh 14:6-14
Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."
Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."

Renungan
Mencintai tidak selalu berarti mengenal dan memahami. Sebab yang kita cintai seringkali bukanlah diri orang itu apa adanya, melainkan apa yang kita pikirkan atau imajinasikan tentang orang itu. Hal itu seumpama suami istri yang telah menikah selama 50 tahun. Karena suami begitu mencintai istrinya, maka ia selalu memberikan yang terbaik bagi istrinya, termasuk memberikan makanan kesukaannya: sup kepala ikan. Pada kenyataannya sejak awal perkawinan, sang istri selalu menyantap masakan itu dengan berat hati, sebab ia tidak menyukainya. Namun untuk menolak, ia takut melukai hati suaminya. Begitulah, akhirnya ada dua orang yang saling mencintai, tapi kurang saling mengenal dan memahami.

Pengalaman yang kurang lebih sama dialami oleh St Filipus dalam Injil hari ini. Ia begitu terpesona kepada Tuhan Yesus, sehingga ia memutuskan untuk jadi pengikut-Nya. Tak hanya itu, ia juga mempertemukan Natanael (St Yakobus) dengan Tuhan (lih. Yoh 1:45). Namun setelah 3 tahun menjadi rasul, Tuhan tetap menegurnya, "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku?" (Yoh 14:9a).

Apa yang dialami Filipus bisa jadi juga kita alami. Mari kita renungkan, sudah berapa lama kita dibaptis dan menjadi pengikut Kristus? Selama kurun waktu tersebut, siapakah Kristus yang kita cintai dan imani itu? Apakah Dia sungguh-sungguh Tuhan atau hanya hasil imajinasi kita semata? Kira-kira apa tanggapan Tuhan terhadap semua jawaban kita tadi?


Jumat, 02 Mei 2014

Iman Kita berasal dari Allah

Yesus memberi makan 5000 orang
(Renungan Harian, Jumat, 2 Mei 2014 - Jumat dalam pekan Paskah II)


Peringatan wajib St Atanasius Agung, Uskup dan Pujangga Gereja


Bacaan I: Kis 5:34-42

Tetapi seorang Farisi dalam Mahkamah Agama itu, yang bernama Gamaliel, seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak, bangkit dan meminta, supaya orang-orang itu disuruh keluar sebentar. Sesudah itu ia berkata kepada sidang: "Hai orang-orang Israel, pertimbangkanlah baik-baik, apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini! Sebab dahulu telah muncul si Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut; tetapi ia dibunuh dan cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah si Yudas, seorang Galilea. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai-berailah seluruh pengikutnya. Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." Nasihat itu diterima. Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.


Mazmur: 27:1,4,13-14; R:4b


Injil: Yoh 6:1-15

Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia." 
Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.


Renungan

Sungguh mengagumkan jika kita membayangkan bahwa Gereja dan iman akan Yesus Kristus telah bertahan di dunia selama lebih dari 2000 tahun. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Padahal kita tahu bahwa pada abad-abad awal, umat Kristani mengalami penganiayaan dan penyiksaan, sehingga mereka harus bersembunyi. Belum lagi pada abad-abad selanjutnya, pelbagai tantangan sering kali menghadang Gereja. Namun pada kenyataannya, kita tetap bertahan.

Boleh jadi apa yang diungkapkan Gamaliel dalam bacaan I menjadi satu-satunya alasan yang mendasari kenyataan tadi: "...Sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini..." (Kis 5:38-39)

Selain itu, kita pun boleh yakin dan percaya bahwa Yesus Kristus yang kita imani dan wartakan adalah sungguh-sungguh Tuhan dan Allah yang benar. Dua ribu tahun lalu, Ia telah memberi makan 5000 orang hanya dengan 5 roti dan 2 ikan. Namun mukjizat itu tidak hanya berhenti sampai di situ, sebab sampai detik ini Ia pun masih memberikan makanan rohani kepada dunia, melalui Sabda Allah dan Ekaristi Kudus.

Hari ini adalah Jumat pertama dalam bulan Mei, sekaligus peringatan St Atanasius Agung. Oleh sebab itu, bisakah kita mempersembahkan diri kita hari ini kepada Hati Yesus yang Mahakudus, sebagai ungkapan syukur atas Sabda-Nya dan Roti Ekaristi yang kita terima sepanjang hidup kita?



Kamis, 01 Mei 2014

Diubah oleh Roh Kudus

Diubah oleh Roh Kudus
(Renungan Harian, Kamis, 1 Mei 2014 - Kamis dalam pekan Paskah II)


Peringatan fakultatif St Yusuf Pekerja


Bacaan I: Kis 5:27-33

Mereka membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka, katanya: "Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami." Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia." Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu.


Mazmur: 34:2,9,17-18,19-20; R:7a


Injil: Yoh 3:31-36

Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."


Renungan

Tema tentang iman dan sikap percaya kepada Allah masih mewarnai permenungan kita hari ini. Akan tetapi pesan dari bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini barangkali malah akan menuntut lebih banyak dari kita, yaitu: untuk menjadi pengikut Kristus, kita tidak boleh setengah-setengah; sepenuhnya atau tidak sama sekali. Sebab sikap setengah-setengah tidak akan membawa kita ke manapun.

Dalam bacaan I dikisahkan bahwa para rasul dihadapkan kembali ke hadapan Mahkamah Agama. Namun Petrus dan rasul-rasul lainnya dengan berani berkata: "Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia" (Kis 5:29). Lalu mereka kembali memberikan kesaksian tentang Kristus yang bangkit.

Apa yang telah mengubah para rasul secara radikal menjadi pewarta yang gagah berani? Roh Kudus. Efek Roh Kudus yang telah mereka terima pada hari Pentakosta begitu dahsyat, sehingga mereka diubah menjadi pribadi-pribadi baru yang berkarya demi kemuliaan Allah.

Apakah kita pun bisa menjadi pribadi-pribadi baru seperti mereka? Bisa! Asalkan kita tetap percaya kepada Allah dan dengan tekun memohon kurnia Roh Kudus-Nya. Sebab Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas (Yoh 3:34).


Maukah kita diubah oleh Roh Kudus hari ini?


(Hari ini kita memperingati pesta St Yusuf Pekerja, sekaligus membuka bulan Mei yang merupakan Bulan Maria. Selain itu kita juga memperingati hari buruh sedunia. Oleh sebab itu, marilah kita persembahkan 1 peristiwa Rosario Suci hari ini untuk para buruh, supaya mereka dapat memperoleh kesejahteraan yang layak.)


Rabu, 30 April 2014

Iman yang Mengatasi Persoalan Hidup

Tidak ada persoalan dalam situasi apapun yang tidak bisa dipecahkan oleh iman
(Renungan Harian, Rabu 30 April 2014 - Rabu dalam pekan Paskah II)


Bacaan I: Kis 5:17-26.

Akhirnya mulailah Imam Besar dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab mereka sangat iri hati. 
Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota. 
Tetapi waktu malam seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka ke luar, katanya: 
"Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak." 


Mereka mentaati pesan itu, dan menjelang pagi masuklah mereka ke dalam Bait Allah, lalu mulai mengajar di situ. Sementara itu Imam Besar dan pengikut-pengikutnya menyuruh Mahkamah Agama berkumpul, yaitu seluruh majelis tua-tua bangsa Israel, dan mereka menyuruh mengambil rasul-rasul itu dari penjara. 
Tetapi ketika pejabat-pejabat datang ke penjara, mereka tidak menemukan rasul-rasul itu di situ. Lalu mereka kembali dan memberitahukan, 
katanya: "Kami mendapati penjara terkunci dengan sangat rapinya dan semua pengawal ada di tempatnya di muka pintu, tetapi setelah kami membukanya, tidak seorang pun yang kami temukan di dalamnya." 
Ketika kepala pengawal Bait Allah dan imam-imam kepala mendengar laporan itu, mereka cemas dan bertanya apa yang telah terjadi dengan rasul-rasul itu. 
Tetapi datanglah seorang mendapatkan mereka dengan kabar: "Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara, ada di dalam Bait Allah dan mereka mengajar orang banyak."

Maka pergilah kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, tetapi tidak dengan kekerasan, karena mereka takut, kalau-kalau orang banyak melempari mereka.


Mazmur: 34:2-3,4-5,6-7,8-9; R:7a.


Injil: Yoh 3:16-21.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.
3:20 Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."


Renungan 

Banyak orang sering bertanya, apa keuntungannya menjadi orang Katolik? Apakah persoalan dan pergulatan hidup mereka akan hilang lenyap dengan menjadi pengikut Kristus? TIDAK! Bahkan bisa jadi persoalan Anda malah akan bertambah.

Namun jika kita mampu memandang lebih dalam lagi, bahwa agama dan iman adalah tentang relasi serta cinta saya kepada Tuhan, sesama dan alam semesta, maka kita tidak akan terlalu peduli apakah iman kita dapat melenyapkan persoalan hidup kita atau tidak. Bahkan jika kita merefleksikannya secara jujur, justru iman itulah yang menguatkan kita untuk tetap berdiri tegak menghadapi segala persoalan dengan gagah berani dan penuh kesabaran.

Bacaan I hari ini dapat menjadi inspirasi yang bagus bagi kita. Para Imam Besar dan orang Saduki menangkap dan memenjarakan para rasul karena mereka mewartakan Kristus yang bangkit. Tapi pada waktu malam, malaikat Allah membebaskan mereka supaya mereka dapat memberitakan firman di Bait Allah. Dengan kata lain, malaikat membebaskan mereka bukan untuk melenyapkan masalah mereka, melainkan supaya mereka menghadapi dan mengatasi persoalan itu.

Layaknya petuah bijak dari masa lalu: "Tuhan tidak selalu melenyapkan badai yang menerjang hidupmu, tapi Ia senantiasa memberimu kemampuan untuk merasa bahagia dan bangkit menari di bawah guyuran hujannya."

Masih maukah Anda menjadi orang Katolik, pengikut Kristus hari ini?