PENGANTAR
Selamat
pagi, saudara-saudari yang dikasihi Tuhan. Selamat datang dalam ibadah kita
pada hari ini. Kita bersyukur dan bergembira karena Tuhan telah mengumpulkan
kita di sini untuk bersama-sama berdoa memohon rahmat dan penyertaan-Nya,
terutama untuk segala sesuatu yang akan kita hadapi di masa depan: perkuliahan,
persahabatan, serta segala kerja keras kita untuk mengejar cita-cita. Sebagai
orang yang memiliki iman kepada Allah, amat baiklah jika sebelum menghadapi
semua itu, kita berdoa kepada Allah memohon kekuatan sambil kita
mempersembahkan hidup kita masing-masing agar berjalan sesuai dengan
kehendak-Nya yang kudus.
Saudara-saudari
yang dikasihi Tuhan, lewat bacaan-bacaan Kitab Suci yang akan kita renungkan
nanti, kita diajak untuk selalu tinggal dalam Kristus, berakar dalam kasih,
serta berani meninggalkan zona nyaman hidup kita masing-masing. Sebab hanya
dengan cara itulah perjuangan kita mengejar cita-cita menjadi punya makna,
serta pengetahuan kita pun bisa menjadi bermanfaat bagi sesama.
Oleh
sebab itu, Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, marilah sekarang kita tundukkan
kepala sejenak, dan kita ingat kembali kehidupan kita di masa lalu, khususnya
segala dosa dan kesalahan kita.
BACAAN I
3:14
Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa,
3:15 yang
dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima
namanya.
3:16 Aku
berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan
kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,
3:17
sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta
berdasar di dalam kasih.
3:18 Aku
berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami,
betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,
3:19 dan
dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku
berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
3:20 Bagi
Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau
pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,
3:21 bagi
Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun
sampai selama-lamanya. Amin.
INJIL
5:1 Pada
suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak
mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah.
5:2 Ia
melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang
membasuh jalanya.
5:3 Ia
naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia
supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar
orang banyak dari atas perahu.
5:4
Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat
yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
5:5 Simon
menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak
menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala
juga."
5:6 Dan
setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga
jala mereka mulai koyak.
5:7 Lalu
mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka
datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi
kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.
5:8 Ketika
Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata:
"Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."
5:9 Sebab
ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya
ikan yang mereka tangkap;
5:10
demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman
Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau
akan menjala manusia."
5:11 Dan
sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan
segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.
RENUNGAN
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, terutama
para mahasiswa baru yang berbahagia. Pertama-tama saya ucapkan selamat
bergembira karena kalian semua akhirnya bisa berada di kampus ini, dan
mendapatkan gelar atau sebutan yang luar biasa, yaitu mahasiswa. Kita tahu
bahwa segala sesuatu yang menggunakan kata “maha” selalu berarti yang paling
tinggi, paling hebat, paling besar, dsb. Contohnya, kita menyebut Allah dengan
gelar mahakuasa dan mahabijaksana, karena memang hanya Allah sendiri yang
paling berkuasa dan paling bijaksana. Kita juga mengenal istilah mahaguru untuk
para professor atau guru besar di perguruan-perguruan tinggi. Ada pula istilah
mahabintang dalam sepakbola, misalnya Christiano Ronaldo dan Lionel Messi,
karena mereka memiliki prestasi dan kemampuan yang sangat luar biasa dibandingkan
para pemain sepak bola lainnya. Dan kini, kalian semua boleh hadir di sini
dengan suatu gelar atau sebutan yang sama: mahasiswa. Secara tersirat, ini
menunjukkan bahwa kalian adalah pribadi-pribadi yang luar biasa. Pencapaian ini
memperlihatkan bahwa perjuangan kalian belajar setiap hari, berkawan dengan
buku dan alat tulis tidaklah sia-sia. Semua itu telah mengantar kalian sampai
pada tahap ini, menjadi mahasiswa-mahasiswi yang akan belajar di kampus ini. Namun mudah-mudahan kita pun tidak pernah lupa, bahwa perjuangan kita
selama ini bukanlah perjuangan seorang diri. Sebab ada orang tua, keluarga,
sanak saudara serta sahabat kenalan yang dengan caranya masing-masing telah
mendukung dan membantu kita semua. Lebih dari itu, mudah-mudahan kita pun tidak
pernah lupa bahwa Tuhan senantiasa mendampingi dan mencurahkan rahmat-Nya atas
diri kita masing-masing, sehingga perjuangan kita menjadi bermakna. Pencapaian
ini menjadi bukti bahwa Tuhan sungguh-sungguh mengasihi kalian masing-masing.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan. Dalam
bacaan-bacaan kitab suci yang baru saja kita dengar bersama, Tuhan menyampaikan
dua pesan bagi kita semua, terutama dalam konteks kita yang akan memulai
perkuliahan di tahun akademik yang baru ini. Dalam bacaan pertama, kita dengar
bagaimana St Paulus berdoa bagi umat yang telah diajar dan dibinanya untuk
beriman kepada Kristus. Dalam doa itu, Paulus mengenang kembali segala karya
Allah di masa lalu, sekaligus ia berdoa bagi umatnya supaya mereka dapat
semakin beriman kepada Kristus. “Aku
berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan
kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam
hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu
bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan
panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih
itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan.”
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, doa St.
Paulus ini bukan hanya menjadi milik jemaat 2000 tahun lalu, tapi juga menjadi
milik kita saat ini. Dengan kata lain, St Paulus tidak hanya berdoa bagi umat
pada zamannya, tetapi ia juga berdoa untuk kita semua, dan terutama untuk
kalian yang sedang belajar di kampus ini. Kita tahu bahwa kampus adalah tempat
belajar dan menimba pengetahuan demi masa depan. Di tempat ini, kalian akan
belajar berbagai hal baru yang belum pernah kalian dapatkan sebelumnya. Namun perlu
diingat, sehebat apapun pengetahuan yang kita miliki, semua itu tidak akan ada
artinya jika Kristus tidak ada di dalam hati kita dan kita tidak berakar di
dalam kasih. Seperti selalu kami katakan ketika ngobrol-ngobrol di pastoran,
bahwa di Indonesia ini banyak sekali orang pintar dan hebat, namun persoalannya
tidak ada kasih di dalam hati mereka, makanya negara kita jadi seperti ini.
Pengetahuan dan ilmu memang penting, namun iman dan kasih tetap yang utama.
Oleh sebab itu, dengan merenungkan doa St. Paulus ini, saya pun ingin mengingatkan
rekan-rekan muda—karena saya pun masih muda—bahwa masa kuliah kerap kali
menjadi masa yang begitu sibuk, penuh dengan kegiatan ini itu, sehingga kita
kerap kali tidak lagi punya waktu untuk Tuhan. Bahkan banyak anak muda yang
begitu menjadi mahasiswa tidak lagi pergi ke Gereja untuk mengikuti misa.
Mereka mendadak menjadi kapal selam, yang hanya muncul untuk bernapas—merayakan
natal dan paskah. Namun saya yakin bahwa kalian semua yang hadir di sini adalah
pribadi-pribadi yang tahu bagaimana mensyukuri anugerah Tuhan yang telah
memberi kesempatan kalian untuk belajar di kampus ini, dan oleh sebab itu saya
percaya bahwa kalian akan setia untuk mengikuti misa kudus dan kegiatan Gereja
lainnya. Itulah pesan dari bacaan I.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, jika bacaan
I tadi bisa dikatakan berbicara tentang masa lampau sampai dengan saat ini,
maka bacaan Injil yang telah kita dengar dapat dikatakan berbicara tentang masa
kini menuju masa depan. Dalam Injil Lukas tadi, kita dengar lagi tentang kisah
bagaimana Petrus dipanggil menjadi murid Yesus, lewat suatu peristiwa mukjizat.
Ada banyak hal yang bisa kita renungkan dari bacaan ini. Namun saya pribadi
ingin mengajak kita semua merenungkan perkataan Yesus yang singkat kepada
Petrus: “Bertolaklah ke tempat yang
dalam…” atau dalam bahasa Latin “Duc
in Altum”. Merefleksikan kata-kata Yesus ini, saya jadi teringat pengalaman
ketika saya mulai kuliah filsafat teologi. Yah, biar kata seumur hidup saya
belum pernah merasakan yang namanya wisuda dan pakai toga, tapi begini-begini
saya juga pernah kuliah, bahkan saya kenyang kuliah lima setengah tahun. Dan
ketika saya mulai kuliah, saya agak shock; koq sistemnya berbeda dengan waktu
SMA. Sebelum mulai perkuliahan harus menyusun KRS. Untuk setiap mata kuliah,
kita harus pindah ruang kelas. Lalu dosen sering memberi diktat yang
tebal-tebal, disuruh baca sendiri, lalu minggu depan didiskusikan. Kalau kita
kenal musim mangga, musim rambutan, dsb, maka di kampus juga ada yang disebut musim
paper dan makalah, di mana para dosen secara serempak memberikan paper yang
harus dikumpul dalam jangka waktu yang saling berdekatan. Kalau ujian dapat E
atau D, maka kita harus mengulang mata kuliah, dsb. Itulah beberapa contoh hal
baru yang saya jumpai sebagai mahasiswa tahun pertama. Lebih-lebih hidup kami
di dalam biara menyebabkan kami tidak bisa memiliki laptop dan printer pribadi;
jadi yang boleh kami gunakan hanyalah yang milik biara. Bayangkan ada 30 frater
dengan 5 komputer dan 2 printer, bisa dibayangkan seperti apa repotnya
mengerjakan tugas kuliah, apalagi pada saat musim paper. Dalam kondisi yang
penuh tantangan itu, kadang saya tergoda untuk menyerah. Saya mulai bertanya
diri, kenapa sih sistem perkuliahan sangat berbeda dengan sistem di SMA?
Bukankah cara kita belajar dulu juga sudah baik? Belum lagi, ada komentar-komentar
yang menjatuhkan semangat dari beberapa teman, “Buat apa kamu sekolah
tinggi-tinggi. Toh presiden sudah ada, menteri sudah ada, pejabat-pejabat sudah
ada? Apalagi yang mau kamu cari? Lihat di sekitarmu, banyak sekali lulusan
sarjana yang akhirnya juga menganggur. Jadi untuk apa kamu sekolah
tinggi-tinggi?” Untunglah di samping komentar-komentar semacam itu, saya
menerima pula kata-kata dukungan dan semangat yang mendorong saya untuk
bertahan, hingga saat ini.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, apa yang
saya sharingkan tadi besar kemungkinan juga akan kalian hadapi, meskipun dalam
situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Oleh karenanya mudah-mudahan ketika saat
itu tiba, kita pun ingat akan kisah Petrus yang dipanggil menjadi murid Yesus.
Bayangkan situasi Petrus saat itu yang sudah semalaman menjala ikan, namun
tidak dapat apa-apa, sehingga dalam keadaan lelah dan mungkin kesal ia merapat
ke pantai danau Genasaret. Tiba-tiba ada seorang pria naik ke atas kapalnya,
menyuruhnya menolakkan kapal agak menjauh, lalu mulai mengajar banyak orang.
Seusai mengajar, pria itu berkata kepada Petrus, “Bertolaklah ke tempat yang
dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Coba kita bayangkan,
bagaimana ilfeel-nya Petrus. Mungkin
awalnya, Petrus terkesan ketika Yesus mengajar orang banyak—kata-kata-Nya bagus
dan pesan-Nya menyentuh hati. Tapi Yesus tahu apa tentang keadaan ikan-ikan di
danau; Dia kan hanya anak tukang kayu. Oleh sebab itu Petrus dengan sikap yang
kurang percaya, akhirnya menuruti perkataan Yesus, mungkin dengan harapan untuk
membuktikan bahwa Yesus salah. Dan kita tahu akhir dari cerita ini, mukjizat
besar pun terjadi.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, sama
seperti yang dialami Petrus, jika kita berani keluar dari zona nyaman kita
masing-masing, maka kita akan menemukan bahwa mukjizat pun terjadi di dalam
hidup kita. Kita tahu bahwa masa lalu sangatlah menyenangkan, sedangkan masa
depan itu tidak pasti. Makanya ketika situasi berjalan tidak sesuai yang kita
inginkan (misalnya, waktu banyak tugas, banyak ujian), kita berharap untuk bisa
kembali ke masa lalu (misalnya, masa-masa SMA). Persoalannya adalah jika kita
tetap tinggal di masa lalu, maka kita hanya akan menjadi pribadi yang
begitu-begitu saja, sulit untuk berkembang. Sama seperti pengalaman saya tadi,
setelah direfleksikan, kini baru saya sadar bahwa sistem perkuliahan di kampus memang
diatur sedemikian rupa, supaya kita diajar dan diperlakukan sebagai pribadi
yang dewasa. Dan saya sendiri yakin bahwa saya tidak akan bisa menjadi seperti
ini, jika saya tidak pernah mengalami yang namanya kuliah di perguruan tinggi.
Oleh sebab itu, mudah-mudahan kita juga selalu ingat pesan Injil hari ini,
terutama pada saat-saat sulit dan melelahkan ketika menimba ilmu di kampus ini,
“Duc in Altum. Bertolaklah ke tempat yang
dalam. Tinggalkanlah kenyamananmu di masa lalu, keluarlah dan kamu akan
menemukan bahwa mukjizat terjadi di tempat yang dalam.”
Semoga Allah yang mahapengasih memberkati kita
semua. Amin.
DOA PERMOHONAN
- Bagi semua mahasiswa di kampus ini yang akan menghadapi tahun akademik yang baru
- Bagi semua dosen, staff dan siapa saja yang bekerja di kampus ini
- Bagi para alumnus kampus ini (terutama mereka yang masih menganggur dan yang menderita sakit)
- Bagi para mahasiswa baru (semoga menemukan kegembiraan dan persahabatan yang akrab)
- Bagi keluarga dan sanak kerabat kita masing-masing
DOA PENUTUP
Tuhan,
Allah kami, berkatilah kami yang akan mengawali masa perkuliahan yang baru ini.
Semoga cahaya-Mu bersinar dalam diri kami, dan menerangi langkah-langkah di
masa yang akan datang, serta membantu kami untuk saling berbagi kasih,
kebaikan, kegembiraan dan kepeduliaan di dalam kampus ini. Semua ini kami mohon
kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami, yang hidup dan bersatu
dengan Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.